Filosofi Rasa Dalam Memahami Kenapa "Nyantri" Harus Dilihat Dari Sisi Yang Lebih Kompleks

Filosofi Rasa Dalam Memahami Kenapa "Nyantri" Harus Dilihat Dari Sisi Yang Lebih Kompleks
Apa yang terlintas ketika seseorang mendengar kata "mondok" atau "nyantri" ? Rutinitas membosankan dengan pembatasan mobilitas seorang santri yang jelas akan membawa rasa jenuh? Mungkin untuk sebagian orang berpikir demikian. Tapi apakah mondok atau nyantri hanya tentang hal-hal yang tidak menyenangkan? Atau ada hal mutlak yang bisa kita jadikan pertimbangan untuk ikut mondok atau memondokan anak maupun saudara kita?

Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tradisional yang telah lama dikenal sebagai pusat pembentukan karakter generasi muda di Indonesia. Lebih dari sekadar tempat menimba ilmu agama, pesantren menawarkan lingkungan yang unik dan holistik, di mana nilai-nilai luhur ditanamkan, disiplin ditegakkan, dan kemandirian diasah.

Pesantren secara aktif sejak lama bahkan sebelum Republik ini berdiri, terus menyumbang kontribusi nyata yang dapat dirasakan oleh setiap masyarakat. Tentu dalam hal pengembangan sumber daya manusia. Istilah familiar bahwa "santri adalah penyangga peradaban" tidak hanya menjadi slogan formalitas belaka, di era yang semakin tak terarah, di sudut-sudut kota masih berdiri tempat-tempat yang terus menjaga nilai-nilai luhur lewat sebuah kultur dengan konsistensi luar biasa. Itulah sebuah pesantren.

Filosofi Rasa Dalam Memahami Kenapa "Nyantri" Harus Dilihat Dari Sisi Yang Lebih Kompleks
Beberapa hal yang wajib kita pahami bahwa nyantri atau mondok sebenarnya bukan melulu menjadi visualisasi kata "membosankan" antara lain :

1. Ekosistem Nilai

Nilai-nilai seperti kejujuran, kesederhanaan, tanggung jawab, gotong royong, dan toleransi bukan hanya diajarkan dalam kelas, tetapi juga dipraktikkan dalam interaksi sehari-hari.

2. Disiplin

Jadwal kegiatan yang terstruktur, aturan-aturan yang ketat, dan pengawasan yang konsisten membantu santri mengembangkan kebiasaan-kebiasaan positif.

3. Kemandirian

Santri diajarkan untuk mengurus diri sendiri, menyelesaikan masalah sendiri, dan mengambil keputusan sendiri.

4. Pembelajaran Agama

Filosofi Rasa Dalam Memahami Kenapa "Nyantri" Harus Dilihat Dari Sisi Yang Lebih Kompleks
Pondok pesantren menawarkan pembelajaran agama yang mendalam dan komprehensif, meliputi berbagai bidang ilmu, seperti Al-Qur’an, Hadits, Fiqh, Ushul Fiqh, Tauhid, Tasawuf, Bahasa Arab serta kajian kitab-kitab kuning dan masih banyak lagi.

Itu adalah bagian kecil dari filosofi yang dimiliki oleh pesantren. Lebih jauh dari itu, semua orang paham bahwa dengan membiasakan otak dan tubuh dengan hal-hal yang sulit, ruwet, menantang, dan tidak enak dirasa maupun dijalani, itu adalah proses nyata untuk membentuk generasi yang tahan banting dalam menghadapi persoalan-persoalan juga segala hiruk-pikuk kehidupan dewasa.

Jadi, jika kita masih berpikir bahwa pesantren hanya akan mengantar santrinya kepada rutinitas membosankan dengan pembatasan mobilitas yang selalu mengarah pada kejenuhan mutlak, cobalah untuk kita melihatnya dari sisi yang lebih kompleks. Apalagi pesantren dengan kegiatan dan fasilitas yang mengacu pada kenyamanan serta memiliki potensi besar untuk mengejar peningkatan kualitas sumber daya manusianya hari ini sudah semakin banyak. Maka, ayo kita melihat dan merasakan untuk lebih terbuka dengan suatu metode pembelajaran yang berpotensi besar untuk memajukan bahkan meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia dimasa yang akan datang.


Oleh : Rysky Firmansyah,S.Pd (guru bahasa indonesia ma takhassus al-inaaroh)

Beranda Alinaaroh

Beranda Al-Inaaroh merupakan media yang mengakomodir berbagai bentuk informasi lembaga pendidikan yang ada di bawah naungan Yayasan Abah Lutfi Center.

Post a Comment

Berkomentarlah dengan sopan dan sesuai dengan topik pembahasan

Previous Post Next Post