Menengok fenomena viral sebelum berita ini
mencuat kepermukaan, isu mengerikan dan dianggap sebagai potret dalam dunia
pesantren adalah tindak kekerasan, pelecehan, bullying dan lain-lain, menambah
keabsurdan wajah pesantren ditengah masyarakat.
Tidak heran, di era citizen journalism
seperti sekarang memang semua hal bisa dikemas dengan tanpa filter yang ideal.
Tidak peduli imbasnya seperti apa, yang kebetulan sejalan dengan suatu
persoalan maka akan memandang baik atau bahkan sangat baik sekali, sedangkan
yang kebetulan tidak sejalan dengan suatu peristiwa, akan memandang dengan mata
terpejam dan hanya asumsi dengan dasar kebencianlah yang dipublikasikan.
Dalam artikel kali ini, kita tidak akan
mengulas lebih dalam tentang berita tersebut. Melainkan kita akan merajut
bersama, sebuah langkah bijak yang wajib dimiliki oleh setiap insan di era
digitalisasi ini. Berpikir objektif, memang bias jika kita masih repot dan
mencari celah dalam memahami tiga pilar penentu mindset seseorang. Titik
pandang, sudut pandang dan tentu juga cara pandang.
Rasa suka dan rasa benci hanya sebuah motif
yang seseorang sering terjebak didalam membuat satu analisa. Dalam prinsip
berpikir, manusia idealnya harus melibatkan sebuah pokok mutlak dari dasar
proses berpikir, atau dalam istilah lain disebut "taksonomi bloom".
Gampangnya begini, jika kita melihat
fenomena A, tidak lazim ketika kita langsung menyimpulkan Z. ada B,C,D,E,F,G
dan seterusnya yang itu adalah sebuah proses sistematis dan bekal vital sebelum
seseorang membuat suatu keputusan. Pesantren adalah sebuah ruang belajar tua,
dan bahkan sangat tua sehingga didalamnya menyimpan berbagai hal dan hari ini
menjelma menjadi kultur budaya. Perjalanan panjang yang tentu sudah melewati
berbagai kajian matang, tidak adil jika dalam sekejap, langsung dihakimi dengan
dakwa keji yang motifnya adalah kebencian.
Menjadi seseorang yang bijak, berarti rela
mematahkan ego dan kebutaan sudut pandang. Mengamati, mempelajari/ memahami,
mencoba, lalu menganalisa, mengevaluasi sebelum akhirnya menciptakan keputusan
adalah tatanan cara supaya kita bisa melihat realita yang benar-benar terjadi.
Fakta yang tidak bisa dibantah adalah
tentang pesantren yang selama ini konsisten memberi dampak positif terhadap
perkembangan pendidikan setiap generasi.
- Menanamkan Nilai Keimanan
- Pembiasaan Akhlak Mulia
- Mengajarkan Kedisiplinan.
- Program Bimbingan Nilai Spiritual
- Menyediakan Lingkungan yang Mendukung
- Kegiatan Pengembangan Diri
Dan banyak hal positif lain, tidak adil
jika kemudian ditutup dengan data yang referensinya condong ke arah negatif
belaka. Maka dari itu, pertanyaannya sangat sederhana. Mampukah kita berdiri
dan melihat sebuah fenomena tidak hanya dari kilas peristiwa yang dinamikanya
sering tidak disadari kebenarannya seperti apa? Atau bisakah kita tetap teduh
dalam bersikap dan dewasa untuk kemudian setidaknya energi positif tertular
dari sebuah analisis objektif yang peran utamanya adalah kita?
Menjadi manusia yang hati dan akalnya lebih
luas dari algoritma sosial media adalah bagian dari anugerah terindah yang
dikarunia oleh Allah SWT. Maka sudah sepantasnya kesadaran akan nurani,
dikembalikan pada posisi paling Arif agar menjadi tuntunan menuju Ridha Allah
SWT.